Membentuk Kader Dakwah Cara Rasulullah

dari: http://cdsbantul.wordpress.com/

Sahabatku, renungkanlah baik-baik.

Selain melakukan dakwah secara umum, Rasulullah juga menjalankan proses kaderisasi intensif kepada sejumlah sahabatnya. Dalam sejarah disebutkan, Rasulullah SAW menggelar pertemuan rutin di Darul Arqam untuk mengikat para kader dengan pimpinan mereka yakni diri Rasulullah SAW sendiri. Selain itu, Rasulullah ingin menumbuhkan rasa percaya diri para kadernya, agar tekad melanjutkan perjalanan dakwah makin kuat.

Dalam pertemuan itu, setiap sahabat yang datang ke Darul Arqam menceritakan apa yang ia alami. Mereka juga bicara tentang perbincangan yang ia lakukan, serta sanggahan yang ia sampaikan kepada kaum kafir. Nabi SAW, lalu memberi pengarahan yang sesuai, memuji sikapnya, atau meluruskan kesalahannya.

Secara teknis, Rasulullah SAW melakukan pola-pola pendekatan yang intensif kepada para sahabat dalam rangka mencetak kader-kader dawah yang handal. Di antara pola pendekatan kaderisasi Rasulullah itu adalah:

Pertama, Rasulullah menumbuhkan suasana perkenalan antara para sahabat agar hubungan hati antar mereka kian terikat serta tumbuh rasa cinta. Rasulullah mengenal baik nama, keturunan, status sosial dan karakter para sahabatnya. Rasulullah juga kerap menanyakan bagaimana keadaan para sahabat untuk lebih mengenal mereka secara lebih jauh. Itu sebabnya, ketika ditanya tentang amal apa yang paling utama, Rasulullah memberi jawaban yang sesuai dengan penanya-nya.

Untuk membina hubungan cinta di antara para sahabat, Rasulullah saw bersabda, “Demi Dzat Yang diriku ada dalam kekuasaan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

Di atas kecintaan itu, selanjutnya tumbuh keikhlasan berkorban, membela kepentingan bersama. Mereka tulus menolong saudaranya, lantaran merasa satu tubuh yang tak terpisahkan. Mereka mengamalkan sabda Rasulullah, “Tidaklah beriman kalian, sampai kalian mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, Rasulullah menerapkan pola tafaqqud wa ri’ayah, selalu mencari informasi tentang para sahabat dan memperhatikan mereka. Rasulullah selalu menanyakan keadaan para sahabat, terlebih bila terasa ada sesuatu yang tidak biasa dari sahabatnya itu. Ia pernah bertanya tentang Abu Hurairah yang tidak tampak dalam majlis. Di saat lain ia merasa kehilangan atas meninggalnya seorang wanita tukang sapu masjidnya. Sikap tafaqqud Ra-sulullah seperti itu banyak disebutkan dalam hadits.

Bukan hanya bertanya tentang keadaan, Rasulullah juga biasa memberi bantuan apa saja yang ia miliki untuk menutupi keperluan para sahabat yang membutuhkan. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah saw mengatakan, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyerahkannya pada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya yang muslim, maka Allah

akan memenuhi kebutuhannya. Dan siapa saja yang meringankan beban seorang muslim niscaya Allah akan meringankan bebannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagai manusia, para sahabat juga tidak terlepas dari kesalahan manusiawi. Bila itu terjadi, Rasulullah meluruskannya dengan berbagai metode. Ada kalanya melalui sindiran. Ketika ada sejumlah sahabat yang ingin melakukan ibadah secara berlebihan Rasulullah bersabda, “Apa keinginan orang yang mengatakan begini dan begitu? Sesungguhnya aku shalat dan tidur, aku puasa dan berbuka, aku pun menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tak senang dengan sunahku berarti ia bukan golonganku.”

Kadang, Rasulullah meluruskan sahabat melalui celaan. Seperti dikisahkan Abu Dzar, “Aku telah memaki seseorang sambil menyebutkan nama ibunya. sampai membuatnya malu. Kemudian Rasulullah SAW berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah mempermalukan seseorang dengan menyebutkan nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari) Rasulullah bersikap tegas lantaran Abu Dzar melakukan sikap yang sangat tercela. Sikap itu dapat memunculkan penyakit hati seperti dengki, takabbur, merasa diri paling benar bahkan bisa melahirkan permusuhan.

Cara lain untuk meluruskan kesalahan para sahabat, Rasulullah melakukan isolasi sementara. Seperti yang dilakukan kepada Ka’ab bin Malik yang tidak ikut perang Tabuk. Ia diisolasi selama lima puluh malam.” (HR. Bukhari). Kisah Ka’ab mencerminkan bahwa orang yang bersalah akan merasakan kesalahannya secara langsung ketika kehilangan lingkungannya, sehingga prilakunya lurus kembali. Begitulah para kader da’wah mendapat pendidikan Rasulullah saw.

Rasulullah sebagai pendidik memiliki gambaran yang utuh tentang objek da’wah yang dihadapinya. Mereka adalah kumpulan berbagai karakter manusia yang harus mendapatkan sentuhan yang berbeda dan tepat. Proses tersebut tak mungkin dilakukan kecuali lewat pendidikan yang intensif, terus menerus, dan dilakukan dengan penuh kecermatan dan kasih sayang. Merekalah kader-kader utama yang di kemudian hari sukses memikul beratnya beban da’wah Islam di muka bumi. Mereka pula yang telah berhasil melakukan konfrontasi terbesar melawan musuh-musuh Islam.

Betapa besar kecintaan Rasulullah saw kepada mereka. Terbukti ketika terjadi perselisihan antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin Auf, Rasulullah mengatakan pada Khalid, “Wahai Khalid, jangan engkau usik para sahabatku. Demi Allah, seandainya kamu memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian kamu infaqkan di jalan Allah, hal itu belum bisa menyamai salah seorang dari mereka.” Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang kader inti pertama yang menjadi fondasi bangunan Islam. Kita juga tidak dapat melupakan tokoh-tokoh wanita seperti Khadijah ra, salah seorang wanita sempurna di dunia, Asma binti Umais, Ummul Fadhal binti al-Harits dan lainnya yang telah menjadi teladan wanita terbaik dalam sejarah.

Akhirnya kita bertanya-tanya. Akankah ini ter-ulang lagi dalam sejarah perjuangan Islam? Wallahu’alam

Sumber: beranda.blogsome.com (Jazakumullah khoir…)

0 komentar:

Posting Komentar