kerinduan...dan harapan...

teruntuk anak-anakku tercinta...
Nurwahid Heri Saputra...
Ilham Heri Akbar...
Naufal...
Nabilla Heri Annisa...
Nail Anshori...

anakku...
abi sangat merindukan kalian, entahlah...begitu cengeng abi kalian ini bila menbayangkan kalian ada di pelukan abi...
cengengkah abi? mungkin iya, tapi itulah cinta abi...

anakku, jangan pernah lelah untuk terus belajar, mulailah tunjukkan kecintaanmu pada agama ini...

anakku, iri lah kalian bila mendengarkan kisah hasan dan husein, cucu dari Rasul mulia, dan anak dari sang Ratu Syurga... kalian harus tunjukkan pada dunia, bahwa kalian tak kalah dari mereka, kalian juga akan mengukir tinta emas dalam kehidupan kalian, menjadi garda depan perjuangan agama ini !

ingat anakku, selalu dengungkan d telinga kalian nasehat2 taqwa dari luqmanul hakim pada anaknya...

ingat anakku, kalian ada karna-Nya, maka berbuatlah untukNya...

ingat anakku, kalian bisa hidup tentram karena perjuangan Rasul-Nya, maka tetaplah menjaga risalah-risalah Rasul mulia...

ingat anakku, kalian ada karena kalian adalah "duta-duta" agama Allah...maka berbuatlah yg terbaik untuk ummat ini...

Jangan lukai hati orang tua kalian....karna kalian tak terlahir dari dalam batu, tapi melalui proses panjang yang banyak pengorbanan....

akhir kata, abi mencintai kalian, tapi tak berharap kalian cintai, abi berharap kalian mencintai Allah, Rasul, dan Ummat ini....

setulus cinta, semurni kasih...
abi...

sebuah perubahan kepemimpinan....

Saudaraku, Khalid bin Walid adalah seorang pangliam perang yang tangguh, tak ada satupun bangsa arab ketika itu yang meragukannya...
ingat, dialah yang telah menyerang balik pasukan muslim di uhd setelah kelalaian pasukan muslim.
Begitu juga ketika beliau telah masuk k dalam islam yang kaffah, beliau jadi seorang panglima perang yang besar.
Ketika nama beliau sedang di puncak kejayaan, dan banyak orang mempercayakan, Sayyidina umar malah memberhentikannya.
apa sebab?
karena sayyidina Umar tidak ingin kekaguman sebagian kaum muslimin pada Khalid menyebabkan mereka syirik.
setelah diperhatikan secara saksama, bukan hanya hal itu yang terkandung dalam pemberhentian ini.
Di sini kita mengambil hikmah, ada masalah yang urgen sebenarnya yang terajdi pada beberapa wajihah saat ini.

1. ketergantungan pada dakwah figuritas.
saudaraku, terkadang (dalam beberapa saat), dakwah figuritas sangat memegang penting, agar adanya rasa ketertarikan dari non-kader maupun kader untuk berafiliasi aktif di dalam sebuah wajihah. sebagai contoh, seorang ikhwan yang menjabat sebagai ketua di suatu wajihah akan lebihdipandang kata-katanya dan ajakannya daripada anggota wajihahnya. Pada awalnya bagus, tapi lama kelamaan, hal ini jadi ketergantungan, karena motivasi utama orang-orang yang berafiliasi tadi adalah figur yang dikagumi atau disegani. contoh kasus, beberapa orang yang berafiliasi pada dakwah kampus, menjadi lemah semangatnya, ketika sang figur tak lagi berafiliasi secara aktif di kampus.
hikmah yang di ambil dari apa yang diambil oleh Sang Khalifah bisa kita renaungkan sebagai solusi, bagaimana beliau ingin menampilkan figur-figur lain, agar figur Khalid tak begitu sentral lain.
Hal ini juga telah banyak dilakukan oleh jama'ah kita (hizb), ketika terjadi pergantian Presiden hizb, tokoh yang terpilih adalah orang yang selama ini namanya tak begitu akrab di telinga masyarakat luas ataupun kader yang di grass root, meskipun banyak komentar negatif (memilih tokoh tak populis lah, dsb), hizb tetap tak bergeming, karna pada dasarnya, tokoh tersebut juga adalah orang yang kapabel dalam hal memimpin. Hal ini menghilangkan keidentikan seorang individu dengan sebuah wajihah dakwah. Hingga mengurangi kesan dakwah figuritas tadi.
mungkin bagi wajihah yang telah terinfeksi virus ganas ini (penulis anggap ini merupakan sebuah virus), menghentikan figuritas ini berat, bisa kehilangan banyak kader maupun simpatisan, tapi ini harus dilakukan, agar tak ada lagi ketergantungan pada seorang kader. karna targetan suatu wajihah dakwah, buakn jangka pendek untuk seathun atau dua, tapi bagaimana wajihah tersebuat bisa exis hingga akhir zaman, dan menjadi salah satu pilar tegaknya bangunan islam.

2. regenerasi dakwah.
saudaraku, regenerasi adalah keniscayaan yang harus ada dalam suatu wajihah, apapun wajihah tersebut, bila ingin bertahan lama. berkaca dari sebuah pohon, daun-daun tua gugur dan digantikan daun muda, apakah setelah gugur daun tua tak berkontribusi? pastinya masih berkontribusi, ia menjadi pupuk organik yang menjadi mineral bagi tumbuh kembangnya daun-daun baru.
tentu saja, bila berbicara regenerasi, kita berbicara tentang pengkaderan (baca: kaderisasi).
perhatikan apa yang dilakukan oleh sayyidina Umar, beliau mengganti Khalid dengan seorang panglima yang baru dan lebih muda.
hal ini regenerasi bukan? karna adanya kaderaisasi kan?
pengganti beliau ( Abu Ubaidah ) pastinya sudah ikut dalam banyak perang yang dipimpin oleh khalid, meskipun minim pengalaman komando.
ingat apa yang dikatakan oleh Asy-syahid Imam Hasan Al-Banna ketika ada sahabat beliau menanyakan siapa yang akan menggantikannya ketika beliau wafat, beliau menjawab... angkatlah orang terlemah diantara mu, dan dukunglah ia hingga iya menjadi kuat.
begitulah semestinya kita berprilaku (baca: mengambil kebijakan) dalam wajihah yang masih bagian dari jamaah ini, jangan sampai kita takut-takut untuk melakukan regenerasi, karna hal ini penting.
ketakutan-ketakutan yang ada inilah yang membuat dakwah ini berlangsung stagnan atau malah menurun (mengenai pembahasan stagnansi ini akan penulis bahas pada bahasan lain /*doakan saja Allah masih akan memberikan limpahan rahmatNya hingga penulis bisa menulisnya*/ ).
berkat pertukaran tadi, strategi yang fresh dan penuh inovasi barupun terlahir, bagaimana beliau memotivasi seluruh masyarakat madinah untuk berjihad (baca kisah abu ubaidah di tulisan lain /*hasil copas*/).
kehidupan dakwah pun tetap bisa berlanjut dan berkesinambungan setelah turunnya Khalid yang akhirnya menutup usia pada usia 50 th.
apa jadinya bila tidak dilakuakn regenerasi? entahlah, bisa jadi karna ketergantungan terhadap kepemimpinan Khalid, para mujahidin akan tergoncang dengan kepergian beliau.

nah, begitulah Rasul dan para Sahabat mengajarkan kita, tinggal sekarang, bagaimana kita memaknainya...

Wallahua'lam bishshawab.

dari berbagai sumber...

NB: Kalo bermanfaat silakan disebarkan dengan mengCopy Paste, kalo mau komen dan ada banyak khilaf, silakan di sini...

Abu Ubaidah bin Jarrah Gubernur Syam Zuhud

Ditulis oleh Ruswandi di/pada September 26, 2008

Abu Ubaidah adalah seorang sahabat yang terpercaya dan dicintai Rasulullah saw. Dia ikut banyak peperangan membela panji-panji Islam. Bahkan, menjadi panglima perang yang sangat memperhatikan keselamatan tentaranya.

Bahkan Abdullah bin Mas’ud bangga dengannya. “Paman-pamanku yang paling setia sebagai sahabat Rasulullah saw. Cuma tiga orang. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah,” begitu ujarnya.

Rasulullah saw. sendiri mengakui kualitas Abu Ubaidah. “Bagi suatu kaum adalah seseorang yang paling mereka percayai dan bagi kaum ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah,” begitu sabda Rasulullah saw.

Di masa pemerintahan Abu Bakar sebagi Khalifah, Abu Ubaidah dipercaya sebagai Ketua Pengawas Perbendaharaan Negara. Abu Bakar kemudian mengangkatnya menjadi Gubernur Syam. Jabatan ini diemban Abu Ubaidah hingga di masa pemerintahan Umar bin Khattab.

Tak lama kemudian Umar mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Perang menggantikan Khalid bin Walid.

Suatu ketika, ketika di masa pemerintahan Abu Ubaidah, Syam dikepung musuh. Umar berkirim surat kepada Abu Ubaidah. Isinya, “Sesunggunya tidak akan pernah ada seorang mukmin yang dibiarkan Allah dalam suatu penderitaan melainkan Dia akan melapangkan jalannya, hingga kesulitan akan dibalas-Nya dengan kemudahan.”

Surat itu dibalas oleh Abu Ubadah dengan kalimat, “Sesungguhnya Allah swt. telah berfirman: Ketahuilah bahwasanya kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau, bermewah-mewah, dan saling membanggakan kekayaan dan anak pinak di antaramu, ibarat hujan (menyirami bumi), tumbuh-tumbuhan (menjadi subur menghijau), mengagumkan para petani. Lalu tanaman itu mengering, tampak menguning, kemudian menjadi rapuh dan hancur. Sedang di akhirat kelak, ada azab yang berat (bagi mereka yang menyenangi kemewahan dunia) namun ada pula ampunan dan keridhaan Allah (bagi yang mau bertobat). Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu belaka.” (Al-Haddid: 20)

Surat balasan Abu Ubaidah ini oleh Umar dibacakan di depan kaum muslimin seusai melaksanakan shalat berjamah. “Wahai penduduk Madinah, sesungguhnya Abu Ubaidah mengharapkan aku dan kalian semua suka berjihad,” kata Umar.

Memang Abu Ubaidah dikenal orang di zamannya sebagai orang yang zuhud. Umar pernah berkunjung ke Syam ketika Abu Ubaidah menjabat sebagai gubernur. “Abu Ubaidah, untuk apakah aku datang ke rumahmu?” tanya Umar. Jawab Abu Ubaidah, “Untuk apakah kau datang ke rumahku? Sesungguhnya aku takut kau tak kuasa menahan air matamu begitu mengetahui keadaanku nanti.”

Namun Umar memaksa. Akhirnya Abu Ubaidah mengizinkan Umar berkunjung ke rumahnya. Sungguh Umar terkejut. Ia mendapati rumah Sang Gubernur Syam kosong melompong. Tidak ada perabotan sama sekali.
Umar bertanya, “Hai Abu Ubaidah, di manakah penghidupanmu? Mengapa aku tidak melihat apa-apa selain sepotong kain lusuh dan sebuah piring besar itu, padahal kau seorang gubernur?”

“Adakah kau memiliki makanan?” tanya Umar lagi. Abu Ubaidah kemudian berdiri dari duduknya menuju ke sebuah ranjang dan memungut arang yang didalamnya.

Umar pun meneteskan air mata melihat kondisi gubernurnya seperti itu. Abu Ubaidah pun berujar, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kau ke sini hanya untuk menangis.” Umar berkata, “Ya Abu Ubaidah, banyak sekali di antara kita orang-orang yang tertipu oleh godaan dunia.”

Suatu ketika Umar mengirimi uang kepada Abu Ubaidah sejumlah empat ribu dinar. Orang yang diutus Umar melaporkan kepada Umar, “Abu Ubaidah membagi-bagi kirimanmu.” Umar berujar, “Alhamdulillah, puji syukur kepada-Nya yang telah menjadikan seseorang dalam Islam yang memiliki sifat seperti dia.”

Begitulah Abu Ubaidah. Hidup baginya adalah pilihan. Ia memilih zuhud dengan kekuasaan dan harta yang ada di dalam genggamannya. Baginya jabatan bukan aji mumpung buat memperkaya diri. Tapi, kesempatan untuk beramal lebih intensif guna meraih surga.

http://www.dakwatuna.com/2008/abu-ubaidah-bin-jarrah-gubernur-syam-zuhud/

Sudikah kita menurunkan 20 atau 30 poin? (copas dari pesan masyarakat tarbiyah)

Kendatipun Rasulullah s.a.w. menganjurkan Jabir menikahi gadis, ternyata kita tahu hampir seluruh istri Rasulullah s.a.w. adalah janda.

Kendati Rasulullah menyarankan Jabir agar beristri gadis, pada kenyataannya Jabir telah menikahi janda.

Demikian pula permintaan mahar Ummu Sulaim terhadap lelaki yang datang melamarnya, Abu Thalhah. Asalkan Abu Thalhah masuk Islam dan beriman, hal itu cukup sebagai mahar. Ummu Sulaim tidak berpikir yang lain. Inilah pilihan dakwah. Inilah pernikahan barakah, membawa mashlahat bagi dakwah.

Lain lagi pikiran “aneh” seorang mukmin dari kaum anshor, Sa’ad bin Rabi’ Al Anshory. Dia tawarkan kepada saudaranya dari muhajirin, Abdurrahman bin ‘Auf, katanya, “Saya memiliki dua istri sedang engkau tidak memiliki istri. Pilihalah seorang di antara mereka yang engkau suka, sebutkan nama yang engkau pilih, akan saya ceraikan dia untuk engkau nikahi. Kalau iddahnya sudah selesai, maka nikahilah dia” (HR Bukhari).

Sa’ad tidak memiliki maksud apa-apa selain memikirkan kondisi saudaranya seiman yang belum memiliki istri. Keinginan berbuat baiknya itulah yang sampai memunculkan ide aneh tersebut. Sebagaimana kita pahami, Abdurrahman dan kaum muhajirin secara umum, mereka hijrah meninggalkan kampung halaman (Mekah), serta seluruh keluarga mereka yang masih kafir dan juga seluruh harta benda. Mereka datang di Madinah hanya dengan baju yang melekat di badan. Tidak ada sanak famili, tidak ada rumah dan harta. (Dengan perbandingan yang sedikit berbeda, bayangkan diri kita kehilangan seluruh anggota keluarga dan seluruh harta benda kemudian mengungsi di daerah yang jauh dan asing yang belum pernah kita datangi dan tidak ada sanak familipun).

Ini hanya beberapa contoh, bahwa dalam konteks pernikahan, alangkah baiknya jika dikaitkan dengan kehidupan berjamaah dan proyek besar dakwah Islam. Jika kecantikan gadis yang diharapkan bernilai 100 poin, tak bersediakah seseorang muslim menurunkan 20 atau 30 poin untuk bisa mendapatkan kebaikan dari segi yang lain? Ketika pilihan itu membawa mashlahat bagi diri, keluarga dan dakwah?

Jika gadis yang diharapkan berusia 20 tahun, tidakkah bisa sedikit toleransi dengan melihat kepada para muslimah yang lebih mendesak untuk segera menikah dikarenakan desakan usia?

Jika kita seorang wanita muda usia, dan ditanya – dalam konteks pernikahan – oleh seorang laki-laki yang sesuai kriteria harapan kita, mampukah kita mengatakan kepada pria tersebut (dengan logika dakwah), “Saya memang telah siap menikah, akan tetapi mbak ini, ukhti ini, sahabat saya, lebih mendesak untuk segera menikah”.

Atau kita telah bersepakat untuk tidak mau melihat realitas itu, karena bukan tanggung jawab kita? Ini urusan masing-masing. Keberuntungan dan ketidakberuntungan adalah soal takdir yang tidak berada di tangan kita. Masya Allah, seribu dalil bisa kita gunakan untuk membenarkan pikiran individualistik kita, akan tetapi hendaknya kita ingat pesan kenabian:

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam cinta, kasih sayang dan kelembutan hati mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh menderita sakit, terasakanlah sakit tersebut di seluruh tubuh, hingga tidak bisa tidur dan panas” (HR Bukhari – Muslim)

[Maraji’: Cahyadi Takariawan, Di Jalan Dakwah Aku Menikah]

Sebuah realita hari raya qurban 1430H

alhamdulillah..akhirnya panas badanku turun...
11 dzulhijjah 1430H...
02.40 am
alhamdulillah...akhirnya bisa bangun di akhir malam lagi, but...ada rasa yang tidak biasa di punggungku, nyeri...astaghfiirullah, asam uratku kambuh. badanku pun terasa panas, demam (sudah seminggu ini seperti ini).
kulihat saudara-saudaraku masih tidur, kompie masih nyala dengan sebuah tampilan situs ayng terbuka..facebook...ya, temanku ketiduran ketika sedang berfacebook sembari mencari design-design baru untuk design yang akan dibuatnya (katanya sih, mau ada acara di kampusnya).

tubuh ini masih terlalu berat untuk dipaksakan berdiri (sebenarnya bukan hanya karena sakit, tapi juga ada rasa tidak ikhlas untuk "memberi jarak" antara punggung dan kasur).
ku tenangkan sebentar lalu duduk, memperhatikan "aksi" tidur dua orang saudaraku yang kembar, lucu (membuat aku merasa begitu akrab dengan mereka).

03.05 am
hmmm, sudah saatnya aku "menemuiNya", ada beberapa hal pelik yang harus ku laporkan...

04.05 am
aku tak mampu menahan godaan bantal yang terasa begitu kuat.
kurebahkan diriku sembari menonton acara secret operation.

04.45 am
adzan shubuh bergema...diiringi lenguhan sapi yang sudah "mejeng" di parkiran masjid.

05.10 am
pulang dari masjid, badan terasa panas, gak enak banget, istirahat....

------dipercepat aja ya------

11.50 am
tiga plastik jatah Qurban telah kuamankan di wisma, tinggal "maolah" jadi layak makan saja.

12.15 am
adzan dzuhur bergema....
sementara di beranda masjid bagian belakang, orang-orang masih sibuk menggantikan kuponnya dengan sekantong daging jatah Qurban.
hmm, jamaah masjid tak juga mengalami pertambahan.

aku merasakan kehampaan makna qurban pada masyarakat sekitar. ribuan pertanyaan menyapa benakku, inikah gambaran kota 1000 hafidz? inikah gambaran taubat pasca gemba yang cukup untuk meluluh lantakkan kesombongan manusia?
entahlah...

ternyata "shaf-shaf" manusia yang ada di dalam masjid tak mampu mengalahkan shaf-shaf yang ada di luar, yang sedang menanti giliran mengambil jatah daging.
Begitu bernilainya daging di mata ummat saat ini, hingga lenih menggota daripada surga yang Allah janjikan.

apakah layak qurban ini dinilai dari dagingnya, kalo hanya daging tersebut yang dimaknai oleh kebanyakan ummat, maka tidaklah berbeda hari raya ini dengan hari-hari biasa.

introspeksidiri kita sudahkah kita memaknai hari raya ini lebih dari sekedar daging agar ied mubarak kali ini benar-benar mubarak...

wallahu a'lam.

baca juga memaknai hari raya qurban....(*ketika tulisan ini diterbitkan, memaknai qurban sedang dalam proses)

ceritaku dan peri kecilku...

bismillah...
semoga apa yang tertulis memiliki arti dan makna yang sarat manfaat...

dulu...
aku pernah memiliki peri kecil, memang sih, dia bukanlah milikku...tapi entah kenapa aku merasa sangat dekat...
aku teringat, kala itu ia mendatangiku dengan berurai air mata, ia mulai menceritakan permasalahannya...begitu nyaman bisa meredakan tangisnya meski sedikit...ternyata ia seang sedih mengenang sayapnya yg patah.
sebenarnya, aku dan peri kecilku tidaklah akur, banyak cara pandang an pendapa kami berbeda, ya, mungkin karena ia peri dan aku hanya manusia biasa (dia hadir dari khayangan yang mewah dan berlatarkan keluarga bidadari sedang aku hanya manusia denga strata bawah).
kerap ia membuat ku kesal dengan pola dan cara berfikirnya, manja, egois. tapi harus ku akui, hal itu juga yang menyebabkan aku harus bertahan. dan tak jarang pula aku membuatnya sedih dengan keegoan dan arogansi ku selaku manusia biasa. ia tidak terbiasa denga sikap keras, sedangkan aku terdidik oleh lingkungan yang keras.

hari demi hari kami lalui...tak terasa, cukup lama. aku mulai merasakan da suatu getar di hatiku, kau ingin sekali terbang bersamanya. tapi aku tahu, itu tak mungkin, aku manusia, tak memiliki sayap.
karena keinginanku yang kuat, aku mencoba membuat sebuah alat agar aku bisa terbang bersamanya, tapi waktu yang dibutuhkan ckup lama.
tak kuceritakan padanya perencanaanku, meskipun aku tahu ia sangat ingin terbang bersamaku, mengenalkan aku pada orang tuanya di khayangan.

aku mulai resah, ketika sayapnya sudah mulai terlihat lagi, aku takut, ia akan terbang, pergi meninggalkanku.
ku susun sebuah rencana 'keji' (kuketahui setelah semua terjadi), diam-diam aku menghampirinya dan mematahakan sayapnya, berbagai alasan ku rancang agar keinginanku untuk terbang bersamanya tak ia ketahui (entahlah, aku begitu malu bila ia mengetahuinya, meskipun pernah ia bertanya apakah aku tidak ingin terbang, namun dengan seolah-olah tegas ku jawab, tidak sama sekali).

namun semua prediksiku salah, keinginannya untuk terbang terlalu besar, hingga alasan-alasanku tak cukup kuat untuk mempertahankannya.
ia pergi, jauh (atau mungkin ini karna aku pergi setelah ku patahkan sayapnya?entahlah...)
tak lama aku kembali, dan tak mene,ukan ia lagi, dan akhirnya aku tahu ia bersama seorang manusia (stratanya berbeda denganku, ia dari kaum bangsawan). ku dengar, sang bangsawan tadi berjanji padanya akan mengembalikan sayap sang peri kecil seperti semula, dan ia juga akan menemani sang peri terbang.
aku hanya bisa menyapa sang peri, karna ia tak lagi nyaman berbicara banyak padaku.
pernah, sang peri akhirnya bercerita, bahwa ia terbang bersama sang bangsawan.
aku tak percaya, karna sang bangsawan belumlah bisa mengajaknya terbang.
akhirnya aku (diam-diam) mengawasi mereka, berbagai hal ku lakukan, untuk memastikan, apa benar mereka telah terbang bersama.

hmmm, hari demi hari, minggu demi minggu, akhirnya aku tahu.
sabg peri dibuai mimpi dalam tidurnya, dan sang bangsawan memiliki kemampuan hipnosis yang tinggi, hingga setiap kali terlelap, sang peri merasa seperti terbang bersamanya.

aku mencoba tuk membangunkan sang peri, namun tak kunjung berhasil, karna ia sudah jauh terlelap, jauh dalam mimpinya.

berbagai recana ku buat agar ia sadar, bahwa semua itu hanya mimpi, aku pun mulai mempelajari hipnosis, dan berharap aku bisa membuat sang peri terlelap dan merasakan terbang bersamaku.

cukup ampuh, cukup berhasil, meskipun kemampuan hipnosisku tak sebaik sang bangsawan.

aku mampu membuat sang peri bingung, siapa yang sebenarnya lebih baik untuk terbang bersamanya (meskipun ia tetap bersama sang bangsawan).

cukup lama hal ini terjadi, hingga akhirnya aku tersadar, aku terlalu menikamti penipuan ini.
kasiahan sang peri, aku sadar, ia bukan permainan atau kelinci percobaan untuk menguji kemampuan hipnosis kami.

ku putuskan untuk membangunkannya ketika ia terlelap dan merasa terbang bersamaku...
ia marah, merasa kau telah mematahkan sayapnya dua kali...ntahlah, begitu berat kurasa, namun tak apa, ini lebih baik daripada aku harus melihatnya hanyut dalam mimpi yang tak pernah nyata.
(tapi satu hal, aku tak pernah menghentikan proyek awalku, membuat sebuah alat untuk terbang).

tak ada satu katapun yang keluar dari bibirku yang ia percayai, ia anggap itu adalah sebuah kebohongan baru.

aku hanya bisa melihat ia tetap larut dalam mimpinya, mimpi terbang bersama sang bangsawan...
meskipun ia sudah mulai berrhati-hati dan curiga, bahwa selama ini, ia terbang besama sang bangsawan hanyalah mimpinya...
tapi entahlah, ia sudah terlanjur menikmati mimpi itu, dan nyaman berda di dunia mimpi tersebut...karna ku lihat, yang ia inginkan sekarang, adalah ia tetap terbang bersama sang bangsawan, meskipun di dalam mimpi.

"peri kecilku...aku hanya mampu berharap, suatu saat dirimu tersadar, tak mungkin engkau harus terus bermimpi, karna kita tak bisa hidup di dunia mimpi..."

dan biarkan aku tetap merancang sebuah alat untukku terbang...karna aku tetap punya sebuah impian untuk terbang, karna tak selamanya aku harus berkutat di sini...

Kumohonkan ampun pada Rabbi Izzati bila tulisan ini melalaikan...

Islamic Widget