aktiviskah aku...(sebuah cerita dia yang mencoba mencari jati diri)

“Aktivis…?adakah ana seorang aktivis??”’tanya Abi di dalam hatinya, di fikirannya terbayang sejumlah amanah-amanah yang telah terabaikan olehnya. Abi seseorang yang cukup sibuk sebagai seorang mahasiswa kura-kura (kuliah rapat- kuliah rapat), sekarang baru berada di semester tiga di salah satu PTS ternama di padang. Banyak tuntutan yang terlintas di benaknya saat ini, persiapan ujian, nilai tinggi, LPJ salah satu organisasi yang digelutinya, konsentrasi pada organisasi yang juga tengah digelutinya. Permasalahan itu semakin terasa menyesakkan dadanya ketika kata-kata uninya tadi malam,”Abi, maaf, uni gak bisa terus-menerus mengirimkan uang kuliah kamu, bulan depan si Abang mau sekolah, jadi butuh dana besar….belum lagi Dedek yang bentar lagi mau TK, abi harus ngerti dek, uni juga punya kewajiban lain, sedangkan pendapatan uni gak bertambah, uni cuma bisa bantu bayar uang semester depan, untuk belanja, Abi harus cari sendiri dek, maafin uni ya dek….”.
Sesak….itulah yang terasa di dada abi saat ini, lama abi termenung di halte depan kampus.
”Astaghfirullah….apa yang ana fikirkan, apa ana lupa bahwa Allah pasti menyiapkan kenikmatan yang besar disebalik cobaan yang begitu berat ini, rasul dan sahabat saja begitui berat cobaan, tapi mereka bisa menikmati kehidupan ini dengan beribadah..!!”, hibur Abi dalam hati. Namun, penyemangat tadi tetap tidak menghilangkan kemasygulan hatinya, langkah gontai di sepanjang jalan pulang ke kostanpun menjadi bukti beratnya beban abi saat ini.
-------------------------------------
Drreeetttt….drreeettt….drreeettt….getar HP abi menyelingi do’anya di maghrib itu. “assalamu’alaikum…ada apa kak?”,”abi !! antum gimana sih, tadi kan ada rapat di masjid kampus, ingat bi,antumkan koor-nya, antum melalaikan amanah namanya akh. Antumkan tau, acara open recruitment kita sebentar lagi, antum mau merusak perencanaan apa??!!”,abi tertegun,”Afwan kak,ana benar-benar lupa, tadi pas pulang kuliah ana langsung pulang…”,kebingungan yang amat sangat dirasakan oleh Abi, kak Irma, seniornya, mulai mempertanyakan komitmentnya pada amanah di KPSDM UKI (Unit kajian Islam) kampus. “gini aja, besok antum harus datang pada persiapan terakhir ORUKI, kan seminggu lagi adik-adik baru mau masuk,assalamu’alaikum !!!”,tuuutt…tuuutt…suara dari HP abi pertanda bahwa kak Irma sudah menutup teleponnya.
“Ya Allah, besokkan ada syuro persiapan mubes Oasis….ana harus hadir, itukan agenda terakhir ana di kepengurusan Oasis, tapi….ORUKI juga amanah ana, kalau ana tinggalkan maka saudara-saudara yang di kampus akan protes, hal itu tidak baik bagi kelancaran pengkaderan kampus…Ya Allah, gimana nih???”, Abi begitu masygul.
Lagi-lagi abi tidak mampu memprioritaskan agendanya. Salah satu kelemahan terbesar Abi, ketika ada agenda yang bentrok, ia akan pusing dalam memilih dan mensiasatinya.
“assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu…..”, ucap sang imam mengakhiri shiolat isya malam itu. Abi terlanjur terjebak dalam hikmatnya do’a di tengah masygul hatinya. “ya Allah, jikalau Engkau memang menguji cintaku padaMU dengan hantaman cobaan ini, aku ikhlas ya Rabb, kuatkan hatiku pada keikhlasan ini ya Rahman….”,do’a Abi yang ia tutup ketika mengetahui lampu-lampu masjid mulai dimatikan.
Malam itu, Allah menentramkan kemasygulan hati Abi, Allah terangi hatinya, dan Allah mulai tunjukkan jalan bagi agendanya yang berbentrokan.
“Astaghfirulah, kenapa ana musti bingung, besokkan waktunya panjang, ana belum tahu, kapan syuro persiapan ORUKI, kalau sore kan gak bentrok….”,pikir Abi. Diraihnya HP yang tergeletak disamping tempat tidurnya, niiit…niiit…suara dari HPnya, tiba-tiba Abi menutup telponnya,”Astaghfirullah, hampir aja, ini udah jam berapa akhy, antum mau nelpon akhwat jam segini?! Gak syar’i banget antum !!”, protes Abi pada dirinya sendiri.
Abi diam dan berfikir sejenak,“ah…ke rumah mas Pri aja, sekalian silaturahim, beliau kan ikut rapat tadi…”. Motor butut era Sukarnopun segera digenjot, proooootttt…tooootttt…tooooottt…”assalamu’alaikum!!”,ucap Abi pada teman-teman kostannya diiringi kebulan asap motornya yang luar biasa.
-------------------------------------
“assalamu’alaikum…”,salam Abi ketika berada di depan rumah kontrakan mas Pri. “wa’alaikum salam warahmatullah….”,jawaban salam terdengar dibalik pintu diiringi bunyi engsel pintu ketika dibuka (maklum, rumah kontrakan mas Pri cukup tua).”Oo,abi, tafaddal akh,masuk”,”syukran, mas”,jawab abi sembari melangkahkan kaki ke dalam rumah mas Pri.
“Gimana persiapan ujian antum akh??”,tanya mas Pri memulai pembicaraan. “Alhamdulillah mas,lumayan…”,jawab Abi
“Mas, afwan, ana gak hadir tadi sore pas rapat, ana lupa mas…”
“gak masalah akhy, ana maklum, antum juga punya agenda yang cukup banyak, ditambah lagi…”,”ditambah apa mas???”,potong abi.
Ternyata mas Pri melihat Abi termenung di halte Bus tadi sore. “ada masalah apa akhy?? Begitu beratkah hingga membuat antum lupa dengan agenda antum?”,tanya mas Pri.
“mmm…gak,gak ada mas..”,abi berusaha menutupi masalahnya. “ya udah…antum ada keperluan apa ke rumah mas malam ini??”
“oya, gini mas, tadi kak Irma nelpon ana, beliau bilang besok ada rapat, rapat terakhir persiapan ORUKI….ana lupa nanya jam berapanya mas, masalahnya kalau pagi ana..”,abi menghentikan omongannya, ia takut kalau ia katakana pagi gak bisa karena ada agenda rapat Oasis, mas Pri akan marah padanya.
“pagi kenapa akh??antum ada agenda ya?? Tenang akh, besok rapatnya sore, ba’da ashar di markaz”,sela mas Pri yng cukup menenangkan Abi. “Alhamdulillah….”,batin Abi.
Obrolan tentang hasil rapat tadi sorepun dimulai dan semakin hangat ( kebetulan mas Pri baru beli roti panggang ).
-------------------------------------
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, kedua orang tadi mulai ngantuk, abi pun segera pamit dan kembali menggenjot motor “zuhud”nya.
Sepanjang jalan fikiran abi ternyata belum tenang sepenuhnya, ya maklum aja, setan yang ngebuntutin dia uadah dapat gelar Doktor pada bidamg keilmuan was-was. Abi masih saja berfikir akan ada yang gagal bila ia tetap menjalankan dua amanah yang menuntutnya untuk focus. Belum lagi ia sempat berfikir tentang jalan keluar bentroknya amanahnya, ucapan uninya dalam telepon tadi malam kembali terniang. “Ya Rabb, ada apa dengan ana??mengapa kemasygulan yang dihembuskan oleh syetan ini telah merobohkan dinding tebal mujahadah di hati ini”.
Sekali lagi Allah memberikan petunjuk padanya malam itu.
Kini, terbayang olehnya amalan yauminya yang merosot drastis, semenjak punya amanah yang cukup merepotkan, ia mulai meninggalkan penjagaan terhadap wudhu’nya hingga hatinya sering tidak tentram, ia sering lupa dhuha hingga riskinya seret, ia jarang infak hingga kepekaan hatinya mulai berkurang, apalagi tahajjudnya, mungkin bisa dibilang ia telah melupakan bahwa qiyamullail merupakan penyokong pergerakannya, penetap hatinya, penenang jiwanya, belum lagi tilawahnya yang “bisa” mencapai 1 juz sebulan terakhir, sangat menyedihkan bagi standar seorang aktivis dakwah.
“Ya Allah….apa yang telah ana lakukan????.....”,tetesan air matapun tak dapat ditahan untuk mengucur dari matanya.”Astaghfirullah….ya Rabb pantaskah ana mengeluh setelah ana sendiri menciderai pergerakan ana??sungguh hina hambamu ini ya Rabb….”,air mata menemani hembusan angin malam yang menyapa wajah Abi di atas motor “zuhud”nya . “Fa bi ayyi aala I rabbikuma tukazhzhibaan?? Akhy,maka nikmat Allah yang mana lagi yang engkau dustakan…”,terniang di telinganya kata-kata yang pernah diucapkan oleh murabbinya ketika ia qadaya dan mengeluhkan amanahnya yang melelahkan.
“ya Allah, ana telah terlalu jauh dalam kesesatan dan kesia-siaan, ampunilah ana ya Rahiim..”,do’anya dalam hati ketika motor “zuhud”nya hampir-hampir dihancurkan oleh pagar yang hampir ditabraknya.


bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar