Sebuah realita hari raya qurban 1430H

alhamdulillah..akhirnya panas badanku turun...
11 dzulhijjah 1430H...
02.40 am
alhamdulillah...akhirnya bisa bangun di akhir malam lagi, but...ada rasa yang tidak biasa di punggungku, nyeri...astaghfiirullah, asam uratku kambuh. badanku pun terasa panas, demam (sudah seminggu ini seperti ini).
kulihat saudara-saudaraku masih tidur, kompie masih nyala dengan sebuah tampilan situs ayng terbuka..facebook...ya, temanku ketiduran ketika sedang berfacebook sembari mencari design-design baru untuk design yang akan dibuatnya (katanya sih, mau ada acara di kampusnya).

tubuh ini masih terlalu berat untuk dipaksakan berdiri (sebenarnya bukan hanya karena sakit, tapi juga ada rasa tidak ikhlas untuk "memberi jarak" antara punggung dan kasur).
ku tenangkan sebentar lalu duduk, memperhatikan "aksi" tidur dua orang saudaraku yang kembar, lucu (membuat aku merasa begitu akrab dengan mereka).

03.05 am
hmmm, sudah saatnya aku "menemuiNya", ada beberapa hal pelik yang harus ku laporkan...

04.05 am
aku tak mampu menahan godaan bantal yang terasa begitu kuat.
kurebahkan diriku sembari menonton acara secret operation.

04.45 am
adzan shubuh bergema...diiringi lenguhan sapi yang sudah "mejeng" di parkiran masjid.

05.10 am
pulang dari masjid, badan terasa panas, gak enak banget, istirahat....

------dipercepat aja ya------

11.50 am
tiga plastik jatah Qurban telah kuamankan di wisma, tinggal "maolah" jadi layak makan saja.

12.15 am
adzan dzuhur bergema....
sementara di beranda masjid bagian belakang, orang-orang masih sibuk menggantikan kuponnya dengan sekantong daging jatah Qurban.
hmm, jamaah masjid tak juga mengalami pertambahan.

aku merasakan kehampaan makna qurban pada masyarakat sekitar. ribuan pertanyaan menyapa benakku, inikah gambaran kota 1000 hafidz? inikah gambaran taubat pasca gemba yang cukup untuk meluluh lantakkan kesombongan manusia?
entahlah...

ternyata "shaf-shaf" manusia yang ada di dalam masjid tak mampu mengalahkan shaf-shaf yang ada di luar, yang sedang menanti giliran mengambil jatah daging.
Begitu bernilainya daging di mata ummat saat ini, hingga lenih menggota daripada surga yang Allah janjikan.

apakah layak qurban ini dinilai dari dagingnya, kalo hanya daging tersebut yang dimaknai oleh kebanyakan ummat, maka tidaklah berbeda hari raya ini dengan hari-hari biasa.

introspeksidiri kita sudahkah kita memaknai hari raya ini lebih dari sekedar daging agar ied mubarak kali ini benar-benar mubarak...

wallahu a'lam.

baca juga memaknai hari raya qurban....(*ketika tulisan ini diterbitkan, memaknai qurban sedang dalam proses)

0 komentar:

Posting Komentar